Novel Cinta, Keluarga, Drama : Her Habit's Change (Part 1)



Starting Act like a Bad Step Daughter

🔥🔥

Persilahkan siapapun untuk menempeleng kepala Gita. She's prefer drunk than attending her dady's marriage. Dengan bermalas-malasan di meja bar sebuah pub, Gita tidak peduli kalau akan ada seseorang psycho melakukan hal yang mengancam keselamatan jiwa-raganya. Karena untuk saat ini, Gita sedang dalam fase remaja-gila-mabuk-mabukan-sendirian.

Sejak sore menjelang malam, Gita mengabaikan segala jenis notifikasi dari hapenya. Teman-teman sosialitanya, papa, bahkan segala sms dari sepupunya diabaikan. Menurutnya dengan menghabiskan malam di pub bisa menyelesaikan urusan mengenai mama baru yang beberapa saat lagi akan menyambutnya pulang dengan senyum palsu yang merekah di bibir. Brigita tidak akan mudah tertipu. Sekalipun Megan Fox yang menjadi mama tirinya.

"Enough, Bridge! I won't give you more glass," Miki sebagai bartender memutar bola matanya malas. Kalau begini cowok itu tidak bisa melayani pengunjung lain meskipun ada Andro rekannya. Miki benar-benar bosan melihat wajah Gita yang setiap tiga kali seminggu mendatanginya dan memesan minuman yang seharusnya tidak dikonsumsi seorang pelajar.

"And I won't stop too. Andro! Segelas lagi, dong."
Gita beralih ke Andro yang sibuk menuangkan minuman untuk pelanggannya dan Miki mengedikkan bahu tidak peduli. Memilih melayani pelanggan yang lain.

"Ogah!" Andro meliriknya sinis dan memilih mengabaikan Gita yang terus merengek.

"Miki, kasih lagi, dong. Andro lagi galak," Gita kembali ke arah Miki yang memutar bola matanya. "Gue mau high malam ini, dan bantu gue."

"Ogah!" Miki memilih mengecek hapenya setelah memberikan gelas ke pelanggannya. Mengabaikan rengekan menyebalkan milik cewek di hadapannya. "Kalo lo beneran high, siapa yang mau direpotin? Andro jelas akan nolak mentah-mentah. Dan ujung-ujungnya, gue yang nganterin lo pulang plus dapet hadiah lebam di wajah gue karena di rumah lo diam-diam ada makhluk gaib yang suka ninju orang. Beruntung gue gak mau bales."

Gita memutar bola matanya. "Papa hari ini sibuk sama mama baru. Gak bakalan ngurus gue."

"Ha ha ha," Miki tertawa sarkasme dengan gaya yang dilebih-lebihkan. "Jadi lo murung like ass like that karena itu? Oh, you complicated. Seharusnya lo seneng dapet mama baru, bego!"

"Elo yang bego! Dia mirip Megan Fox. Gue memilih punya mama tiri yang mirip Omas, karena gak akan bikin papa gue miskin."

Kali ini Miki benar-benar tertawa dengan memegangi perutnya sampai beberapa pengunjung melirik ke arah cowok itu. "Dan atas dasar apa, papa lo yang cakep akan memilih Omas daripada Megan Fox? Berpikir yang realistis, Brigit."

Gita mendengus menanggapi Miki. Orang lain mungkin berpikir begitu, tapi dirinya yang akan mendapat dampak dari segala pemikiran orang lain. Don't judge a book by it's cover, ingat? "Bukannya udah cukup bukti dengan pesta pernikahan eksklusif di Bangkok, private honeymoon di Maladewa dan mahar satu unit apartemen di Eagle?"

Miki melototkan matanya berlebihan. "Wow, how fucking rich your papa!"
Gita mendecak. "Bukan itu poinnya, bego!"

"Sorry," Miki mengontrol ekspresinya. "Jadi, lo berspekulasi kalo mama Megan Fox lo ini matre?" Gita hanya mengangkat kedua bahunya.

"Namanya Alexandra. Gue gak tau itu nama asli apa bukan."

Seolah ingat sesuatu, Miki langsung mendorong Gita dari tempat duduknya melewati meja bar ke arah pintu keluar pub. Gita awalnya bingung kemudian sadar dan mencoba melawan tangan Miki yang mendorong bahunya dari belakang. Gaun warna hitamnya sampai sedikit melorot saat keduanya tidak ada yang mau mengalah.

"You should come back home, Brigit!"

"No! Miki! Gue gak mau!"

Miki sedikit kewalahan mendapatkan perlawanan dari Gita. Siapapun akan membutuhkan tenaga lebih untuk melawan atlet karate dengan sabuk hitam. Dan Gita adalah salah satunya.
"Gue bosen liat lo terus di sini, jadi lo pulang sana!"

Gita mengambil tangan Miki yang berada di pundaknya dan melakukan gerakan membanting dengan sangat mudah meskipun badan Miki jauh lebih besar dan berotot darinya. Mata seluruh pengunjung mengarah ke acara banting-membanting yang dua orang itu lakukan.

Mengambil jongkok di samping tubuh Miki yang terkapar, Gita menepuk dada keras cowok itu. "Gue akan pulang dengan kemauan gue sendiri," lalu beralih menepuk pipi Miki. "You bet that muaythai attractivest than karate?"

Miki memutar bola matanya dan duduk yang langsung berhadapan dengan wajah Gita. "And how funny I am that respond your cutie attack."

Gita memutar bola matanya. Sebuah lelucon kalau Gita benar-benar bisa mengalahkan keganasan Miki di atas matras. Mengingat sudah beberapa kali cowok itu mematahkan tulang-tulang rekannya saat berlatih, belum lagi saat di turnamen resmi Miki akan benar-benar memberlihatkan inner-forcefulnya, meskipun Gita adalah atlet karate nomor satu di sekolahnya, sudah jelas tulangnya akan rontok jika berhadapan dengan Miki.

"Ha ha ha. That's an amusement," Miki menatap sinis Gita yang tertawa tanpa minat dan menahan lengan cewek itu saat memutuskan untuk berdiri. "Ngapain, sih?"

"Lo udah permaluin citra gue sebagai the coolest fighter."

Gita melakukan gerakan orang muntah dan mendapat tatapan jijik dari Miki. "Terus?"

Miki menatapnya tidak percaya dan tertawa sinis. "Terus? Mungkin ada salah satu dari orang-orang yang ngelihat kita, memasang kameranya dan gak sengaja ngerekam adegan dimana lo banting gue seenaknya."

"Wah, kita bisa viral dong!"

"Bego!" Miki menoyor kening Gita dengan telunjuknya dan mendapat pelototan dari cewek itu. "Publik akan nyangka kalo gue adalah petarung gadungan yang dengan gampang dibanting sama cewek cungkring!"

Gita memutar otaknya mencerna setiap perkataan Miki lalu tertawa girang.

"Aha! Sekalian biar kesongongan lo berkurang, Miki!"

Miki menghembuskan nafas kasar dan melihat orang-orang di sekelilingnya sudah mulai menari mengikuti dentuman musik yang keras.

Sebenarnya dia biasa saja menanggapi pekerjaannya yang 'lain' selain sebagai bartender, tapi kadang pemikiran para lawannya yang menganggap cowok itu sombong, sok jagoan, modal tampang dan sebagainya -termasuk Gita, membuatnya harus menunjukkan seberapa hebat dirinya sampai timbul rasa bangga berlebihan.

Andro menggelengkan kepalanya dengan berkacak pinggang. "Kalian berdua! Lagi syuting drama apa gimana, sih?"

Miki bangkit dengan menarik Gita sampai cewek itu terduduk di lantai dan meninggalkannya dan Gita mengumpat ke belakang kepala Miki yang berjalan kembali ke meja bar.

"Bantuin!" rengek Gita dengan menjulurkan tangannya ke arah Andro dan cowok itu menarik sebelah tangannya dengan malas-malasan. Kalau tidak ada heels rungcing di kakinya, mungkin Gita tidak akan merepotkan si Mr. Rough Andro.

"Mendingan lo balik deh, Git. Daripada lo nanti nyusahin, ples si Miki udah mulai muak ngelihat lo, kalo lo kenapa-napa gue ogah bantuin."

Gita menatap sinis ke arah Andro. "Kenapa dua orang bartender di sini suka ngusir gue, sih!"

Andro mengedikkan bahunya dan memutar bola mata. "Gak usah gue sebutin lo udah tau. Udah balik sono!"

Gita berjalan ke arah bar dan berhadapan dengan Miki yang sedang menuangkan whishkey untuk pelanggannya dan menaruh uang beberapa lembar ke meja bar.

"Forgive me for that accident."

"Accident, what?"

"The time when I throw you down?" Gita  sedikit terkekeh.

Miki melirik Gita yang mengedipkan sebelah matanya. Kalau boleh Miki mencongkel matanya, mungkin cewek itu sudah kehilangan bola matanya sejak pertama kali masuk ke pub dengan seragam putih abu-abunya dulu.

"Needs expensive price for me to do that."

"Then, I'll pay that."

Miki menatap Gita yang berjalan ke arah pintu keluar dengan pandangan tidak percaya. Kalau bilang mau membayarnya, seharusnya cewek itu tidak melenggang bebas dengan memutar kunci mobil di tangannya. Tapi mengeluarkan dompet dari balik ketiaknya.
🔥🔥

"Wah, masih mau nikah juga ya, Om!" Surya menatap sinis keponakan di depannya dan memutar bola mata. "Berarti, masih normal. Alhamdulillah."

"Kamu pikir Om udah menopause? Masih seger buger gini, gak lihat apa?"

Reyhan mendecih dan memilih menyalami wanita di sebelah Surya.
"Tante, kalo terpaksa nikah sama itu orang mending sama aku," Sandra hanya tertawa kecil menanggapi candaan Reyhan yang membuat Surya bersungut-sungut. "Tapi, where's your lovely daughter? Biasanya kalo urusan ke luar negeri kayak gini dia ada di barisan nomor satu. Apalagi dapat mama super."

Seketika wajah Surya menegang mengingat perlakuan Gita beberapa hari terakhir yang menolak menghadiri pernikahannya. Dia tidak bisa menunda pernikahannya hanya karena anaknya yang egois. Gita tidak pernah patuh terhadap Surya sejak mamanya pergi entah kemana beberapa tahun lalu. Dan itu membuat Surya juga melakukan hal yang sama, karena sudah lelah menghadapi anak satu-satunya.

Genggaman tangan hangat membuat Surya sadar dari lamunannya dan menemukan Sandra di sampingnya tersenyum dengan tulus.

"Gita lagi banyak tugas, jadi gak bisa datang," Surya menatap Reyhan yang masih berdiri menunggu jawabannya. "Udah sana! Ngajak ngobrol mulu, mending bersenang-senang selama di Bangkok."

"Oh ya?" Surya menaikkan sebelah alisnya mendengar nada bicara Reyhan yang sedikit meragukan. "Barusan dia upload foto Miki di instagram dengan caption 'drank too much with my lovely bartender'. Tugasnya itu yah?"

Surya langsung merampas hape dari genggaman Reyhan dan membuka aplikasi instagram. Mengumpat kesal karena apa yang dikatakan keponakannya itu benar meskipun tidak ada caption sama sekali dalam foto unggahan Gita di sana.
Secepat kilat, Surya langsung men-dial nomor whatsapp milik Gita dan lagi-lagi harus menyumpah serapah karena tidak mendapat balasan di sana.

"Sabar dong, Om! Jam segini Gita pasti udah bobo nyenyak."

Surya melihat arloji di tangannya yang menunjukkan pukul 12 malam. Sedangkan pesta pernikahannya belum selesai. Kalau sudah gila pasti dia akan melakukan penerbangan pertama ke Jakarta dan mengabaikan semua tamu undangan dan istri di sampingnya yang juga memasang wajah khawatir.

"What happen?" Sandra mengusap lengan Surya menenangkan, meskipun dengan jelas Surya tidak bisa berhenti menggerakkan kakinya karena cemas terjadi apa-apa dengan Gita.

"Aku tidak percaya dengan bartender kurang ajar itu, dan Gita sedang berada di zona-nya."

"Udahlah. Kalau kamu percaya sama Gita, dia anak baik dan jago karate. Jadi gak akan ada yang berani macam-macam," Surya menatap Sandra dengan cepat.

"Dan asal kamu tau, Miki itu seorang petarung. Kalau masalah mematahkan lengan cewek kelihatannya gampang, kan?"

Sandra melototkan matanya dan mencengkeram lengan Surya dengan panik. "Terus gimana? Apa kita sudahi resepsinya terus ambil penerbangan pertama ke Jakarta?"

Surya memutar bola matanya. "Kamu lihat mereka?" Sandra menoleh ke arah telunjuk Surya. "Kita akan diprotes kalau mengakhiri kebahagiaan mereka gitu aja. Aku gak mau ambil resiko dituntut ganti rugi kebahagiaan."

"What? Tapi Gita anakmu- anakku juga sekarang. Dan keselamatannya yang paling utama."

"Then, what should we do?"

"Kamu yang memaksa resepsi di sini, jadi itu urusanmu," Sandra melipat tangannya dan menoleh ke arah lain.

"Ok. We take first flight to Jakarta. Semua tamu biar senang-senang di sini dan aku akan tanggung uang hotelnya. Ayo kita siap-siap," Surya menarik lengan Sandra dan berhenti di samping Reyhan yang memakan cheesecake. "Naik ke panggung dan bikin pengumuman, para tamu bebas bersenang-senang di sini."

"Where you go? You have to pay me before!" Reyhan bicara dengan mulut penuh. "My service isn't free, if you know."

"You just need spell your bill," Surya memutar bola matanya dan Reyhan berbinar.

"With my pleasure, Uncle!"

🔥🔥




Story by /fitriazizh/
Instagram/ @fitriazizh_ Facebook/ Fitriazizh Twitter/ @fitter_chan WhatsApps/ 085810839385
©2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novel Cinta, Keluarga, Drama : Her Habit's Change (Blurb)